Bertempat di Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Samarinda telah dilakukan kegiatan sosialisasi pelaksanaan gertak berahi dan inseminasi buatan (GBIB) dan gangguan re-produksi (gangrep) bagi Dinas Peternakan atau dinas yang melaksanakan fungsi pem-bangunan peternakan di kabupaten/kota se Kalimantan Timur. Pelaksaan yang dibuka oleh Kepala Dinas Peternakan Kalimantan Timur ini dilaksanakan pada awal bulan Juni 2015. Hadir pada acara tersebut Direktur Budidaya Ternak, Kepala Balai Veteriner Banjarbaru dan Kepala Balai Inseminasi Buatan Propinsi Kalimantan Selatan.

Kepala Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur saat mengatakan bahwa dalam tahun 2015 ini diharapkan dari kegiatan gertak berahi dan penanggulangan gangguan reproduksi (GBIB dan Gangrep) diharapkan akan terjadi penambahan kelahiran baru pada sapi sejumlah kurang lebih 13.000 ekor pada tahun 2016. Dalam tahun 2015 ini, Kalimantan Timur juga akan menambah populasi sapinya sebanyak 11.000 ekor, yang berasal dari dari dana APBN dan APBD. Penambahan populasi dengan mendatangkan sapi baru ini diharapkan dapat menambah secara bertahap populasi sapi selama 5 tahun ke depan hingga tercapai target penambahan 2 juta ekor sapi baru.

Kepala Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur juga mengatakan bahwa Kalimantan Timur akan melakukan kegiatan reklamasi eks tambang seluas 250 hektar dengan meman-faatkan sapi untuk membantu kegiatan reklamasi lahan eks tambang. Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya memerlukan kerjasama yang baik dengan semua pihak yang terkait dengan manajemen pemeliharaan selama sapi ini berada di peternak.

Kegiatan GBIB dan Gangrep yang akan dilakukan pada tahun 2015 ini diharapkan dapat dilakukan dengan baik di beberapa kabupaten/kota yang menjadi lokasi kegiatan. Dengan kegiatan sosialisasi ini diharapkan petugas inseminator, asisten teknis reproduksi, dokter hewan dan petugas lainnya yang terkait dengan kegiatan ini lebih memahami tentang pelaksanaan kegiatan sesuai denga petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang ada serta menekan faktor resiko yang dapat menghambat pelaksanaan kegiatan. (Sulaxono Hadi, Balai Veteriner Banjarbaru)