CLOSING WORKSHOP FAO ECTAD INDONESIA OSRO/INS/103/USA

 Admin
 46     24 May 2017

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, telah melakukan pembukaan acara workshop penutupan kegiatan proyek FAO ECTAD Indonesia yang bersumber dana dari Amerika Serikat dengan kode proyek OSRO/INS/103/USA. Acara yang berlangsung di Hotel Sari Pasific Jakarta, pada tanggal 22 September 2015 ini, dihadiri oleh  Biro Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pertanian, BAPPENAS, Atase Kedutaan Besar Amerika, tenaga ahli FAO,  beberapa Dinas Peternakan Propinsi (Sumatera Barat, Lampung, NTT dan Jawa Tengah), Balai Besar Veteriner, Balai Veteriner se Indonesia dan para peternak komersial yang terpilih.

Dalam kata sambutannya, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menge-mukakan bahwa kerjasama Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan pihak FAO Repreentative Indonesia telah berlangsung lebih intens sejak merebaknya kasus HPAI di Indonesia pada tahun 2003. Kerjasama FAO telah berlangsung intens untuk penyakit menular lainnya yang bersifat zoonosis seperti dalam pengendalian rabies di Bali dan Flores. Kerjasama dalam pengendalian rabies di Bali telah berlangsung 7 tahun, harapannya adalah kasus rabies di Bali dapat diturunkan jumlah kasus maupun penyebarannya dapat diper-sempit. Namun kondisi rabies di Bali masih memerlukan perhatian ke depan.

Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, FAO telah banyak membantu meningkatkan kapasitas teknis di pusat maupun daerah. Peran FAO dalam penguatan ke-mampuan daerah dalam pengendalian avian influenza terwujud dalam pembentukan PDSR untuk back yard farming dan PVUK untuk unggas komersial. FAO juga telah meningkatkan kapasitas dalam pelaksanaan surveilans avian influenza. Kemampuan diagnostik labo-ratorium veteriner juga telah meningkat dengan meningkatnya kemampuan laboratorium dalam karakteriksasi virus avian influenza, terbentuknya jejaring informasi melalui IVM-online.  Dirjen PKH berharap ke depan kerjasama dengan FAO dapat diperluas dalam pengendalian penyakit strategis lainnya di Indonesia, juga pengendalian emerging infectious disease(EID).

Pada sisi lain, Dirjen PKH juga menyinggung sentra peternakan rakyat (SPR) yang perlu adanya dukungan semua pihak melalui dana APBN dan APBD. Penguatan SPR oleh unit pelaksana teknis, Dinas Peternakan, perguruan tinggi dan pihak lainnya yang terkait dengan pembangunan peternakan.

Dr. James McGrane, selaku Tim Leader FAO Representative Indonesia menyampaikan per-kembangan dari tahun ke tahun pencapaian bantuan FAO untuk pemerintah Indonesia. James menyampaikan bahwa pada tahun 2006, FAO telah mendukung dalam mendeteksi HPAI di Indonesia, seanyak 10.000 kasus HPAI telah terdeteksi pada tahun tersebut, sebanyak 2.200 tenaga telah mendapatkan pelatihan dan PDSR mulai dirintis. Dalam perjalanan bantuannya, FAO telah merintis program antigenik kartografi, 11 laboratorium telah ditingkatkan kapasitasnya dalam mendeteksi HPAI, tenaga laboratorium juga telah dilatih, terciptanya manajemen data HPAI bagi laboratorium, meningkatnya kegiatan survei pasar dalam monitoring rantai penularan HPAI,peningkatan kapasitas tenaga epidemiologi laboratorium dan Dinas Peternakan. Kedepan akan dilakukan peningkatan kemampuan tenaga epidemiologis dalam pelatihan field epidemiologi. FAO telah berkontribusi dalam pengendalian HPAI melalui restrukturisasi pasar unggas di beberapa daerah di Indonesia.

Menurut James, pada tahun 2010 FAO fokus dalam pembinaan usaha unggas komersial me-lalui PVUK yang kegiatannya telah dilakukan di Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Dalam tahun 2011, FAO telah meningkatkan dan membangun membina peternak unggas komersial guna meningkatkan kepecayaannya kepada aparat Dinas Peternakan, yang sebelumnya lebih percaya kepada tenaga technical service dan sales perusahaan pemasok obat-obatan dan vaksin yang datang ke lokasi usaha peternakannya.

Pada tahun 2012, FAO telah berperan serta dlam memperkuat fungsi layanan veteriner Pus-keswan di Sumatera Barat dan beberapa propinsi lainnya. Layanan vaksinasi penyakit diperkuat dalam tahun 2013. Malalui EPT2, FAO telah memperkuat kerjasama antar instansi melalui beberapa pendekatan disiplin ilmu dalam pengendalian penyakit hewan.

Kegiatan FAO dalam membantu pemerintah Indonesia 4 tahun ke depan akan difokuskan pada beberapa kegiatan diantaranya penguatan sistem surveilans penyakit zoonosis dan EID, penguatan kemampuan diagnosa penyakit zoonosis dan EID yang akurat dan cepat, pelatihan bagi tenaga veteriner dalam pengendalian zoonosis dan EID, penguatan tatalaksana bio-skuriti, pemantauan endemisitas HPAI, serta monitoring resistensi antibiotika.

Jonathan Ross dari Kedutaan Besar Amerika menyampaikan bahwa Indonesia telah berhasil dalam mengendalikan penyakit menular zoonosis melalui kerjasama lintas kementerian, kerjasama luar negeri, OIE dan NGO. Banyak negara yang datang ke Indonesia untuk belajar dari Indonesia dalam pengendalian penyakit menular dan zoonosis seperti HPAI.

Workshop yang berlangsung sehari penuh ini juga menampilkan narasumber dari Indonesia seperti dari BBVet Wates selaku laboratorium rujukan avian influenza, URC-PHMS dan Direktorat Kesehatan Hewan. Acara diakhiri dengan talk show dengan peternak komersial dan para petugas yang melayani peternak dalam penerapan bioskuriti pada usaha peter-nakannya. (Sulaxono Hadi, Balai Veteriner Banjarbaru)







Tidak ada agenda hari ini
25-04-2024
21-11-2023 s/d 23-11-2023
Banjarbaru

Peserta, Narasumber/Fasilitator pada Pertemuan Pembentukan Tim Koordinasi dan Surveilans Avian Influenza Terpadu yang ditugaskan drh. Adrin Ma'ruf, Drh. Elfa Zuraida, M.Si., Drh. Retno Wulan Handayani, M.Vet., dan Drh. Wijanarko, M.Sc.

21-11-2023 s/d 24-11-2023
Medan

Supervisi Elisa surra yang ditugaskan adalah Alfredo Jonathan Sitohang, A.Md.Ak, Drh. Ichwan Yuniarto, M.Si., dan Umi Kulsum. 

20-11-2023 s/d 20-11-2023
Pelaihari

Kegiatan PHMS Desinfeksi Pasar Hewan yang ditugaskan adalah Drh. Harwanto, M.Sc, Muhamad Firdaus, Muhammad Badali Akbar, dan Yoga Prihatna,S.Si.

15-11-2023 s/d 16-11-2023
DKI Jakarta

Lokakarya Value Chain Analysis Nasional Sapi Potong dan Sapi Perah untuk Manajemen PMK dan LSD yang ditugaskan adalah Drh. Retno Wulan Handayani, M.Vet.




Standar Mutu





Tautan Internal



  • aa2
  • aa3
  • aa4
  • aa5
  • aa6
  • aa7
  • aa8
  • aa9
  • aa10
  • aa11
  • aa12
  • aa13
  • aa14