REFRESHER GANGREP DI KALIMANTAN TIMUR
Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan gertak berahi, inseminasi buatan dan penanganan gangguan reproduksi (gangrep), telah dilaksanakan kegiatan refresher penanganan gangguan reproduksi yang dilakukan di ruang rapat Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur pada akhir bulan Juni 2015. Kegiatan diikuti oleh para dokter hewan kabupaten/kota se Kalimantan Timur, dimaksudkan agar para dokter hewan kabupaten/kota lebih mengerti permasalahan berbagai gangguan reproduksi pada sapi potong, sehingga penanganan dapat dilakukan secara tepat.
Kegiatan yang berlangsung sema 2 hari ini menghadirkan narasumber Drh. Agung Budiyanto, MP, Ph.D, dosen Fakultas Keokteran Hewan Universitas Gajah Mada. Refresher dilakukan dengan pemaparan materi, diskusi dan praktikum. Acara yang dibuka oleh Kepala Dinas Propinsi Kalimantan Timur ini dihadiri oleh Kepala Balai Veteriner Banjarbaru dan Pendamping dari Universitas Brawijaya Malang. Kegiatan penanganan gangguan reproduksi di Kalimantan, mendapat pendampingan dari 2 Universitas yaitu Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Wijaya Kusuma, namun dalam pelaksanaan kegiatan refresher tenaga dokter hewan bisa menggunakan tenaga ahli reproduksi dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada dan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
Kepala Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur dalam sambutan pembukaan acara ini menandaskan harapannya agar para dokter hewan yang mengikuti kegiatan refresher penanganan gangguan reproduksi ini dapat melaksanakan tugas dengan baik dan dapat berkoordinasi dengan petugas lainnya di lapangan seperti asisten teknik reproduksi, inseminator dan tenaga pemeriksa kebuntingan. Target pelaksanaan penanganan gangguan reproduksi di Kalimantan Timur sebanyak 2250 ekor, namun pada saat pelaksanaan di lapangan belum tentu realisasi dengan target akan sama karena adanya beberapa kendala saat pelaksanaan di lapangan. Melalui penanganan gangguan reproduksi pada sapi diharapkan akan menambah aseptor baru inseminasi dan mengurangi pemotongan sapi betina di rumah potong hewan (RPH). Tidak semua masalah gangguan reproduksi dapat tertangani melalui terapi atau perlakuan medik lainnya karena sebagian besar permasalahan gangguan reproduksi berupa hipofungsi ovari yang harus diperbaiki melalui perbaikan nutrisi. (Sulaxono Hadi, Balai Veteriner Banjarbaru).