Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) bersama Sekretariat Negara Republik Indonesia membahas Strategi Peningkatan Produksi Daging Ruminansia dalam rangka Menuju Swasembada Daging Nasional (Kamis (25/04/2024).
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen PKH, Agung Suganda yang hadir secara daring dalam kegiatan tersebut menyampaikan pemaparan terkait Upaya Peningkatan Populasi Ternak dan Produksi Daging Ruminansia meliputi kinerja, tantangan, kebijakan l, dan strategi peningkatan populasi ternak dan produksi daging ruminansia menuju swasembada daging ruminansia.
Menurutnya, untuk meningkatkan kinerja populasi dan produksi daging ruminansia khususnya daging sapi/kerbau serta menjawab tantangan pembangunan peternakan sapi/kerbau, maka diperlukan suatu kebijakan yang komprehensif dan didukung serta diimplementasikan oleh seluruh stakeholders baik Kementerian/Lembaga di tingkat pusat, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, perguruan tinggi, BUMN/BUMD, pelaku usaha, dan peternak.
Ia melanjutkan terkait kewenangan, diperlukan adanya kebijakan dan strategi yang komprehensif bagi Program Strategi Nasional Peningkatan Populasi dan Produksi Daging Sapi/Kerbau. Untuk itu, kebijakan peningkatan populasi ternak dan produksi daging sapi/kerbau perlu ditetapkan sebagai Proyek Strategi Nasional sehingga akan melibatkan dan diimplementasikan oleh semua stakeholders sehingga target swasembada dapat tercapai dalam waktu yg tidak terlalu lama.
“Kami optimis swasembada bisa dicapai dengan catatan semua skenario yang telah disusun harus dilaksanakan oleh semua stakeholders sesuai peran dan tanggung jawab masing-masing”, ujar Agung.
Agung menjelaskan bahwa program swasembada yang selama ini dicanangkan belum terealisasi sesuai target. Hal ini menurutnya disebabkan banyaknya program dan kegiatan yang bahkan telah memiliki dokumen perencanaan “cetak biru” (blue print), dalam pelaksanaannya tidak dapat dilaksanakan karena berbagai sebab, antara lain dukungan regulasi dan lemahnya sinergitas lintas sektor.
Disampaikan juga bahwa skenario peningkatan populasi sapi/kerbau melalui Proyek Strategis Nasional, salah satunya dengan rencana impor indukan selama 10 tahun dari negara Australia, Mexico, Brazil dan Amerika dengan total indukan sebanyak 2,35 juta ekor.
“Impor indukan akan dilaksanakan dengan dukungan pembiayaan dari APBN/APBD dan Swasta”, jelas Agung.
Ia menggarisbawahi bahwa dukungan mitra negara asal sumber ternak juga menjadi hal yang krusial.
Lebih lanjut Agung membeberkan bahwa berdasarkan prognosa ketersediaan dan kebutuhan daging sapi/kerbau Nasional (data per 22/3), ketersediaan daging sapi/kerbau mencapai 956 ribu ton. Ketersediaan tersebut bersumber dari stok sebelumnya 96,8 ribu ton, produksi lokal 369,3 ton; produksi dari bakalan impor 90,2 ribu ton, dan impor daging sapi/kerbau 399,8 ribu ton.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional, Maino Dwi Hartono yang menjelaskan terkait dukungan aksi dan kebijakan stabilisasi pasokan dan harga daging sapi.
Maino menjelaskan bahwa ada lima aksi yang dapat dilakukan. Pertama, Optimalisasi pemanfaatan kapal ternak untuk mendistribusikan sapi hidup dari daerah produsen ke daerah konsumen serta sebagai Upaya pemberian insentif kepada para peternak. Kedua, Intervensi stabilisasi pasokan dan harga daging sapi dengan melibatkan BUMN Pangan. Ketiga, Pemantauan pasokan dan harga pangan di lapangan. Keempat, Pelaksanaan Gerakan Pangan murah, FGD dan Pengembangan Kios Pangan, dan Kelima yaitu Pengembangan Cadangan Daging Ruminansia Pemerintah.
Terakhir diharapkan dengan adanya kebijakan peningkatan produksi daging ruminansia nasional, maka produksi dalam negeri akan meningkat, kemampuan memenuhi kebutuhan daging untuk masyarakat meningkat, dan penyediaan sumber ternak untuk usaha peternakan peternak rakyat juga meningkat. Sumber DITJENPKH