Font :
Cetak
Balikpapan, 18 November 2025 — Karantina Kalimantan Timur selaku Koordinator Wilayah Kalimantan menyelenggarakan Seminar Regional Hasil Pemantauan Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Tahun 2025 di Hotel Tjokro Balikpapan. Kegiatan ini menjadi wadah strategis untuk memaparkan hasil pemantauan Bovine Viral Diarrhea (BVD) dan Brucellosis, serta membahas perkembangan terbaru Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) di wilayah Kalimantan.
Dalam paparannya, drh. Dian Rahmawati, Ketua Tim Pemantauan Karantina Kaltim, menyampaikan bahwa hasil pemantauan tahun ini menemukan dua sampel positif BVD dan satu sampel positif Brucellosis. Seluruh temuan tersebut telah ditindaklanjuti melalui koordinasi dengan instansi teknis terkait, termasuk Balai Veteriner Banjarbaru dan dinas kabupaten/kota, untuk memastikan adanya langkah respons cepat dan pengendalian di lapangan.
Sementara itu, drh. Sodirun, MP dari Balai Veteriner Banjarbaru menyampaikan update situasi PHMS di Kalimantan, yang meliputi Rabies, Avian Influenza (AI), Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), African Swine Fever (ASF), Lumpy Skin Disease (LSD), Jembrana, Surra, hingga Brucellosis. Penyampaian informasi ini menjadi dasar penting dalam harmonisasi data dan penentuan prioritas pengendalian penyakit pada sektor peternakan.
Seminar diikuti oleh UPT Karantina se-Kalimantan, Balai Veteriner Banjarbaru, BRIN, serta instansi teknis daerah. Setiap UPT mempresentasikan metode surveilans, jumlah sampel, temuan lapangan, hingga tindak lanjut pengujian sesuai Keputusan Deputi Karantina Hewan Nomor 13 Tahun 2025.
Pemantauan dilakukan melalui surveilans aktif—pengambilan dan pengujian sampel di lapangan—serta surveilans pasif melalui data monitoring tindakan karantina dan informasi laboratorium.
Forum ini menegaskan bahwa harmonisasi data antarinstansi sangat krusial untuk memastikan konsistensi informasi, mempercepat respons, serta mengoptimalkan pengendalian penyakit hewan strategis. Penguatan surveilans, baik aktif maupun pasif, menjadi fondasi utama dalam menjaga keamanan hayati hewan dan mencegah penyebaran penyakit di seluruh wilayah Kalimantan.
Kegiatan pemantauan dan penyelarasan data ini memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. Dengan deteksi dini dan respons cepat terhadap penyakit seperti BVD, brucellosis, rabies, hingga PMK, penyebaran penyakit dapat ditekan lebih awal sehingga berdampak positif terhadap ketersediaan pangan asal hewan yang aman dan sehat. Penanganan penyakit yang lebih terkoordinasi juga membantu menjaga stabilitas produksi dan harga pangan, meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas produk hewan, serta memperkuat ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat di wilayah Kalimantan.

